Midori - Pertukaran Pelajar dari Jepang Bag 2

# Chapter 2 "Midori..., midori..., heeeeeeei!" Teriakku ke telinga midori sembari mencubit pipinya perlahan. "&@^+#^6-8@ (menggerutu memakai bahasa jepang)" balas midori dan reflek mencubit bagian pipiku juga. Midori tertidur waktu perjalanan kami ke Teras Kota. Beberapa hari ini Midori sepertinya sering begadang. Karena dia harus membuat laporan ke sekolahnya di jepang. Saya kurang mengerti dan tidak bisa membantu Midori banyak. Lagipula bahan laporan diketik memakai hiragana katagana di laptop midori. Paling hanya bisa ngejahilin Midori kalo lagi bikin laporan. Hehehe..., melihat Midori cemberut dan menggerutu suatu kepuasan tertentu bagi saya. Seperti biasa kalo hari minggu pengunjung lumayan agak ramai. Kami langsung bergegas memesan tiket supaya bisa mendapatkan bangku favorite kami berdua. Eits, kami gak suka mojok di bioskop lagian saya juga belum pernah aneh-aneh dengan Midori. Kami berdua suka memilih lokasi bangku paling atas dan di tengah. Setelah memesan tiket kami berdua makan siang terlebih dahulu karena film yang diputar masih lumayan lama tayangnya. Setelah menunggu, akhirnya Midori nampak sangat tidak sabar melihat film tersebut dimulai. Midori termasuk suka dengan semua hal yg berbau Manga, Anime, dan Cosplay. Saya kurang begitu paham, yang lumayan saya tau cuma Naruto. Itu juga karena waktu di sumatera diracuni oleh Sarah si maniak Naruto. Ok, itu masa lalu. Dari dimulai film hingga pertengahan aku melihat Midori nampak serius sekali menonton adegan demi adegan. Sambil mengunyah popcorn dan meneguk air mineralnya seolah dia pergi kedunianya sendiri. Aku mencoba menikmati dan mengerti alur film yang kusaksikan sekarang. Dan reflek aku merangkul bahu Midori. Dan kudekap mendekat ke arahku. Midori sangat menikmati suasana di dalam bioskop saat itu. Begitu pula diriku merasa damai saat mendekap tubuh mungil Midori. Setelah menonton film, kami kembali ke parkiran yang ada di lantai basement. Setelah masuk ke mobil Midori mengoceh dengan bahasa jepangnya seperti biasa. "Emmm, Sebenarnya Midori sedang berbicara apa? Suka kah dengan filmnya?" Tanyaku ke midori. Midori menatapku dan berkata. "Terima kasih Putra..., Terima kasih atas semua hal yang kau berikan kepadaku dalam segala hal selama aku di Indonesia..., Terima kasih.." "Eh..., hahahahaha..., bukan masalah besar..., haha.." jawabku salah tingkah. "Putra..., apakah aku tidak cantik?" Tanya midori. "Eh.., loh..., maksudnya? Mengapa Midori bertanya seperti itu?" Masih bingung dengan pertanyaan Midori. "Midori suka dengan Putra.., Midori cinta sekali dengan Putra.., Midori takut berpisah dengan Putra.., Maaf..."Midori tiba menutup wajahnya dengan jemarinya. Saya terkejut dengan keadaan pada saat itu. Bingung harus berbuat apa. Dan perlahan tubuhku mendekat ke Midori dan memeluk Midori. "Saya juga cinta dengan Midori. Cinta sekali..., benar benar cinta..."saya berkata perlahan sembari memberikan ciuman di kepala Midori yang masih menutupi wajahnya. Perlahan ku pegang jemarinya dan melihat wajah Midori yang sangat membuatku terhenyak ketika dia menangis. Kuusap air mata Midori perlahan. Dan Midori dengan cepat memelukku erat sambil menangis. Punggung kananku terasa mulai basah karena air mata Midori. Setelah lumayan lama Midori menangis, perlahan kulepaskan pelukannya. Dan bertanya mengapa dia begitu sedih. Seharusnya kita berdua sama sama bahagia karena saling mengungkapkan perasaan kita masing masing. Rasa yang sama yaitu saling mencintai. Midori mulai menceritakan semuanya kepadaku. Midori tidak lama lagi akan meninggalkan Indonesia dan kembali ke Jepang. Midori tidak sanggup menerima kenyataan tersebut. Dari semua hal tersebutlah kegundahan yang aku rasakan kemarin menjadi kenyataan. Hubungan yang tidak mudah untuk dijalani. Namun sekuat hati malam itu kutepis semua hal yang mengganggu pikiranku. Aku mencoba menenangkan Midori dengan berbagai cara. Hingga akhirnya Midori mulai kembali melengkungkan senyumannya. Lumayan lama kami ngobrol berbicara dari hati kehati di dalam mobil yang belum ku pacu keluar parkiran Teras Kota. Hingga hal yang hampir membuatku serangan jantung adalah ketika Midori dengan cepat mencium bibirku. Sontak saya sangat kaget dengan tindakan Midori. Jantungku berdetak kencang otak tidak bisa berfikir logis, darahku seakan mengalir liar dan kacau, tubuhku bergetar hebat. Gadis ini mampu membgkitkan sensasi berbeda dari biasanya. Saya tidak pernah merasakan hal barusan dalam sebuah suatu hubungan. Padahal aku bukanlah pria yang baik untuk hal wanita. Dan hal ini kurasakan kembali setelah sekian lama sewaktu aku bersama Sarah dulu. Midori mampu memunculkan rasa tersebut kepadaku. Midori melepas ciuman lembutnya dari bibirku. Midori menatap wajahku dan berkata halus. "Thats my first kiss" midori berkata halus dan tersipu. Aku masih terpaku dengan apa yang terjadi barusan. Lama aku menatap Midori hingga tubuhku mendekat lagi ke arah Midori dan wajahku kudekatkan ke wajah midori. Tubuhku seakan tersihir untuk bergerak sendiri dan melumat bibir lembut Midori. Kuberikan pagutan lembut di bibir midori dengan bibirku. Midori sepertinya tidak bohong jika ciuman ini adalah pertamakali untuknya. Suasana yang membimbing kami saling memberikan pagutan dan kecupan lembut. Tidak memperdulikan sekitar dan tidak menyadari dimana kami berada. Saya benar benar terbuai dan kami hanya berciuman tanpa henti. "Mas..., mas..., hey mas!" Teriak seseorang mengetuk kaca mobil saya. Kami berdua terkejut dan melepaskan ciuman dan benar benar salah tingkah. Seorang Ibu dengan wajah geram menatap saya. "Mas..., kalau sudah kebelet pindah tempat napa! Tuh Hotel Santika deket! Modal dikit dong! Bla bla bla..."celoteh Ibu ibu itu dengan nada makin meninggi. Tampaknya kicauan ibu tersebut mulai menyebabkan perhatian org lain, kalau tidak secepatnya pergi darisini bisa diarak keliling mall kan berabe. Lebih buruk lagi kalau sampai saya dan Midori jadi artis di koran Lampu Merah. Bakal lebih runyam. Secepatnya kupacu mobilku keluar parkiran dan meninggalkan Ibu Ibu tadi dan meminta maaf. Setelah mobilku berhasil keluar Mall dan sudah berjarak jauh dari sana. Aku melihat ke arah Midori. Midori tampak terpaku akan kejadian tadi. Terdiam tak berkata. Tanpa komando saya langsung tertawa..., tertawa terbahak bahak dan Midori melihat ke arah saya dan mulai tertawa terbahak bahak. Sejenak kami berdua melupakan kata perpisahan. Kami berdua sudah tidak perduli lagi. Yang kami perdulikan hanya menikmati kebersamaan yang ada sekarang. Malam ini sungguh malam yang luar biasa. Bagi saya maupun Midori. Malam yang penuh pengakuan akan perasaan masing-masing. Sebelum pulang kekostan saya dan Midori mampir ke Mc Donald untuk makan malam. Dan kemudian pulang ke kostan. Saya kembali ke kamar saya seperti biasa di lantai dua dan Midori kembali ke kamarnya di lantai satu. Sebelum aku ke lantai dua. Saya berikan kecupan di dahi Midori. Dan kuucapkan selamat malam dan selamat tidur. Saya kembali ke kamar tercinta lalu mandi membersihkan diri. Setelah mandi dan bersih bersih saya merebahkan diri dan mulai memejamkan mataku. Saya tidak mau memikirkan apapun malam ini. Saya hanya ingin memikirkan rasa cintaku ke Midori dan semoga terbawa ke dalam mimpiku malam ini. Tak lama kupejamkan mata, handphoneku berbunyi mengagetkan lamunanku yang hampir terlelap..., setelahku cek, nomor Midori yang menelfon. "Halo..., kenapa my sweet girl Midori.... " candaku saat menerima telepon. "Putra..., saya ada di depan kamarmu, tolong buka pintunya..."jawab Midori berbisik. Mendengar hal tersebut sontak saya meloncat dari tempat tidur dan membuka pintu. Setelah pintu terbuka, benar Midori ada di depan pintuku. Midori bergerak masuk sebelum aku bertanya lebih jauh. "Tutup pintu..." perintah Midori. Aku menurutinya dan kututup pintu kamarku perlahan. Setelah pintu tertutup Midori langsung mendekapku erat. "Midori ingin bersama Putra malam ini..., Midori tidak mau sendiri..., boleh?" Tanya Midori. -------------------------- to be continue

No comments:

Post a Comment